Candi Gampingan ini terpendam di bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan
pada tahun 1995 oleh pembuat batu bata di gampingan dan dilakukan
penggalian serta penyelamatan sebanyak 3 kali yaitu tahun 1995, 1996,
dan 1997
Bentuk Candi
Denah Candi Gampingan berbentuk segi empat yang berukuran 4,64m x 4,65m. tinggi Candi Gampingan yang masih tersisa 1,2m. terdiri atas delapan lapisan batu putih yang disusun dengan teknik kait, selain teknik kait juga digunakan “teknik las” yaitu penyisipan batu kedalam rongga-rongga yang menghubungkan satu batu dengan batu yang lainnya. Candi Gampingan memiliki komponen tangga dan perigi. Tangga Candi Gampingan terdapat di sisi barat, yang berarti arah hadap bangunan menghadap ke barat, tingginya sejajar dengan tinggi bangunan yang masih tersisa dan lebarnya 1,8m. tangga itu terdiri atas dua lapisan batu sebagai alas tangga, lima anak tangga dan pipi tangga yang ujungnya membentuk lengkung membulat dan polos.
Candi Gampingan merupakan satu-satunya bangunan di situs Candi Gampingan yang memiliki relief. Relief-relief pada Candi Gampingan dipahatkan pada sebelas bidang di sekeliling tubuh kaki bagian tengah.
Masing-masing bidang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 73 cm dan lebar 19 cm, sisi utara, timur, dan selatan Candi Gampingan masing-masing terdapat 3 bidang relief, sedangkan di sisi barat hanya terdapat 2 bidang relief, masing-masing di kanan dan kiri tangga dan di bagian tengah candi, ada lubang sumur yang sudah tak terpakai lagi
Unsur-unsur yang digambarkan pada relief terdiri atas relief hewan yang ada di kaki candi. Diantaranya adalah relief burung gagak berparuh yang gagah, burung pelatuk berjambul, ayam jantan yang terlihat kekar. Banyaknya relief burung disini berkaitan dengan kepercayaan zaman dahulu yang meyakini bahwa burung adalah sarana menuju para Dewa dan lambang keabadian setelah manusia keluar dari raganya. Banyak digambarkan juga relief katak yang dipercaya merupakan simbol reinkarnasi dan kesuburan, karena dapat mendatangkan hujan dan menyuburkan tanaman.
Keberadaan arca Jambhala (yaitu Dewa Rejeki, yang merupakan anak Dewa Siwa) menyimpulkan bahwa Candi Gampingan adalah juga tempat pemujaan Dewa Jambala. Umumnya sosok Jambhala di candi-candi lain digambarkan bermata terbuka dan menghadap ke pemujanya yang berarti kemakmuran, tetapi di Candi Gampingan Dewa Jambhala digambarkan sedang bersemedi dengan mata terpejam yang berarti tidak sekedar kemakmuran, melainkan kebahagiaan yang hakiki.
Berlatar Belakang Candi Budha
Berdasarkan penemuan di dalam candi ini terdapat tiga buah arca Dhyani Budha Vairocana yang terbuat dari perunggu, dua buah arca Jambhala dan Candralokesvara dari batu andesit, benda-benda dari emas, dan beberapa benda-benda keramik dengan adanya arca Jambhala dan Dhyani Budha Vairocana.
Maka diperkirakan Candi Gampingan merupakan tempat pemujaan agama Budha aliran Mahayana, yang juga merupakan bukti gambaran hasil aktivitas kehidupan keagamaan masyarakat pada masa klasik Indonesia. dan Candi Gampingan ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 di saat zaman Kerajaan Mataram Kuno.
No comments:
Post a Comment