Candi Plumbangan terletak di Desa Plumbangan Kecamatan Doko, Kabupaten
Blitar. Bila
dilihat dari bentuknya, Candi Plumbangan ini berbentuk seperti gapura.
dilihat dari bentuknya, Candi Plumbangan ini berbentuk seperti gapura.
Gapura Plumbangan menghadap timur-barat, dengan
'sayap' selebar sekitar 2 m menonjol ke utara dan selatan. Berbeda
dengan kaki pada Gapura Wringin Lawang dan Gapura Bajang Ratu yang cukup
tinggi, kaki Gapura Plumbangan hanya setinggi sekitar 0,5 m, dengan 2
anak tangga di kedua sisi. Ketebalan gapura pun hanya sekitar 0,5 m.
Tidak terdapat pahatan hiasan apapun pada gapura ini, baik pada dinding
dalam maupun dinding luarnya. Atapnya berbentuk meru bersusun dengan
puncak persegi empat.
Bangunan yang seluruhnya terbuat dari batu andesit ini berbentuk
gapura paduraksa (gapura beratap), mirip dengan bentuk Candi Bajang Ratu di Trowulan. Menilik bentuknya, ada dugaan bahwa Gapura Plumbangan
merupakan candi ruwatan sebagaimana halnya Candi Bajang Ratu. Bentuk
gapura melambangkan suatu 'pelepasan' atau sebagai gunung yang, menurut
kepercayaan Syiwais, merupakan tempat tinggal dewa. Namun fungsi
bangunan berbentuk gapura paduraksa itu sendiri masih menjadi bahan
perdebatan, karena ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa gapura
merupakan tanda batas suatu wilayah atau kompleks bangunan tertentu.
Candi Plumbangan diperkirakan dibangun pada era Kerajaan Majapahit pada awal pemerintahan Wikramawardana, sesuai dengan monogram yang bertarikh 1312 Saka (1390 M) pada bagian ambang pintunya. Tapi uniknya benda-benda cagar budaya yang terdapat disekeliling Candi Plumbangan justru berasal dari masa yang berbeda. Misalnya saja Prasasti Plumbangan yang merupakan peninggalan dari era Raja Bameswara/ Kameswara (Kerajaan Kadiri) pada tahun 1042 Saka atau 1120 M. Seperti halnya peninggalan dari era Bameswara yang lain, pada prasasti tersebut juga dipahatkan ornamen candrakapala lambang Kerajaan Kadiri dari era Kameswara.
No comments:
Post a Comment