TAHU dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil
sarinya. Berbeda dengan
tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal
dari China seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso.
Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian, tauhu (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu) yang secara harfiah berarti "kedelai yang difermentasi". Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Dibawa para perantau China, makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.
Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar
2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: 劉安) yang merupakan
seorang bangsawan, cucu Kaisar Han Gaozu, Liu Bang, yang mendirikan
Dinasti Han.
Liu An adalah ilmuwan dan filosof, penguasa dan ahli politik. Ia
tertarik pada ilmu kimia dan Meditasi Tadiom. Para ahli sejarah
berpendapat bahwa kemungklinan besar Liu An melakukan pengenalan makanan
non daging melalui tahu. Kemungkinan besar Liu An memadatkan tahu
dengan nigari atau air lant dan menjadi kental seperti tahu saat ini.
Ada beberapa teori bagaimana tahu pada awalnya terbentuk:
Teori pertama kemungkinan besar proses pengumpalan tahu terjadi
secara kebetulan. Bila membuat sup dari puree kedelai biasanya harus
diberi bumbu. Bila sup tersebut diberi garam kemungkinan besar
mengandung nigari (garam alami). Dengan adanya garam biterrn (nigari)
maka penggumpalan tahu segera terjadi, garam yang sengaja ditambahkan
ternyata dapat menggumpalkan tahu. Para tukang masak kemudian mengambil
ampas tahu, agar mendapat tahu yang lebih lembut dengan tekstur yang
indah.
Tahap berikutnya adalah dengan pengepresan, membantu makan lebih tahan segar dalam waktu yang cukup lama.
Teori kedua mengusulkan bahwa karena tidak menernakkan sapi atau
kambing untuk produksi susu, kemungkinan besar masyarakat Cina tidak
familiar dengan cara menggumpalkan susu atau proses pengumpalan secara
umum. Karena alasan tersebut, kemungkinan besar mereka belajar dari
orang India di daerah Cina selatan atau dari Monggolia bagian Utara
Cina. Kedua negara tersebut biasa membuat gumpalan susu dan keju. Teori
teknologi import dari negara tetangga di anggap masuk akal karena Cina
sangat mengemari delicacy yang beraroma ringan seperti "shark pin",
sarang burung walet, dan teripang yang juga di import dari negara lain.
Kata tofu atau tahu muncul pertama kali dalam sejarah China
sekitar 800 tahun kemudian. Dikatakan bahwa Budhi Dharma, yang hidup di
China dari tahun 500 sampai 528 telah mendirikan sekolah Chinesse Ch'an
(Zen), dan dalam ajarannya telah melibatkan dengan tahu dalam Dharma
Combat. Untuk memperdalam penyertaan mengenai cara-cara atau jalan
Budha. Budi dharma kemudian mengagungkan dan merefleksikan tahu sebagai
sumber dari sesuatu yang sederhana, sifat jujur, jalan alam pintas, dan
mencerminkan warna sebagai jubah yang putih dan agung. Prasasti tertua
yang menyebut tofu adalah Saiinoku, yang ditulis sewaktu Dynasti Sung
(960 - 1127), lebih dari 1000 tahun setelah penemu tahu itu sendiri.
Banyak buku kuno atau prasasti pada zaman itu menunjukan karya yang
ditulis sekitar 60 sampai 100 BC, yang berisi ceritera Lord Liu An dan
Tofu jaman itu.
Di buku-buku yang diterbitkan di jaman Dynasti Sung, terdapat
deskripsi atau uraian yang menunjang bahwa tahu sering disajikan bagi
santapan raja-raja di zaman itu.
Tofu atau tahu menyebar ke Jepang pada abad ke delapan dan barangkali
dibawa dari daratan China oleh beberapa pendeta Budha (Bhiksu) yang
berkelana mondar-mandir antara Jepang dan China.
Masuknya tahu ke Jepang melalui jalur keluarga istana, para politisi
dan ekonomi yang saat itu banyak berhubungan antara Cina dan Jepang.
Para Bhiksu Budha sendiri makanan sehari-harinya adalah tofu. Di daerah
sekitar candi Budha yang besar terdapat kedai-kedai tahu dan
diorganisasi atau dikelola oleh para bhiksu Budha.
Di Jepang khususnya di zaman Kamakura (1185 - 1333) terjadilah
gerakan besar-besaran untuk memopulerkan tahu di antara penganut agama
Budha bagi masyarakat Jepang. Dari Kamakura berkembang merambat ke Kyoto
dan dari Kyoto menyebar ke seluruh negeri Jepang.
Karena masyarakat Jepang mengikuti kehidupan para pemeluk agama
Budha, yaitu menghindarkan diri dari konsumsi daging "dari ternak yang
berkaki empat", maka kehadiran tahu tentu saja di sambut dengan gembira
sebagai sumber makanan kaya protein dan gizi yang murah dan lezat
rasanya.
Dari Jepang tahu berkembang dan maju sehingga timbullah inovasi baru
dibidang produksi tahu termasuk di dalamnya: tahu beku kering (dried frozen tofu), age, grilled tofu dan nigari kinugoshi.
Bersamaan dengan menyebarnya tahu di Jepang, sifat dasar tahu setahap
demi setahap mengalami perubahan. Di tangan para ahli seni masak dan
keterampilan, tahu yang diproduksi semakin lebih lunak, lebih putih dan
dengan citarasa yang lebih nyaman.
Namun demikian tahu yang di produksi di kawasan pedesaan ternyata
masih tetap mempertahankan tingkat kepadatan yang lama serta kaya
citarasa seperti tahu dari daratan Tiongkok.
Ketika seorang Zen Master China, yang bernama Ingen, tiba di Jepang
di tahun 1661, ia sangat terperanjat saat menemukan tofu yang tidak lagi
seperti tahu yang terdapat di China saat ia meninggalkan China.
Dalam memuja jenis makanan baru ia menyusun dan mengukir kalimat
sederhana yang merupakan perubahan yang masih sangat terkenal hingga
saat ini.
1. Mame de
2. Shikaku de
3. Yawazaka de
2. Shikaku de
3. Yawazaka de
Setiap baris dalam perubahan tersebut memiliki arti ganda sehingga dapat dibaca sebagai berikut:
1. Dibuat dari kedelai atau berbuatlah sesuatu yang lurus
2. Empat segi, dipotong rapi atau jadilah orang baik dan jujur.
3. Lembut atau dan memiliki hati yang baik.
2. Empat segi, dipotong rapi atau jadilah orang baik dan jujur.
3. Lembut atau dan memiliki hati yang baik.
salah satu makanan favorite
ReplyDeleteperbedaan tepung maizena dan tepung kanji