Terletak di desa Jepara daerah kabupaten Ogan Komering ulu Selatan provinsi Sumatera Selatan.
Lokasi sekarang dikelilingi oleh pagar kawat berduri. Nampak runtuhan bangunan candi yang berserakan di atas permukaan tanah. Batu candi terbuat dari batu kapur, fondasi berdenah empat persegi panjang, ukuran lebih kurang panjang 9 meter dan lebar 8 meter. Pada fondasi candi terlihat pelipit sisi genta dan padma.
Di sekitarnya tampak juga panil batu yang diduga bagian dari kaki candi, panil tersebut empat persegi namun diatas panil tidak berhias (polos). Sistem penyambungan batu disini menggunakan sistem batu takuk. Arah hadap candi timur laut.
Hikayat
Batu kebayan atau batu pengantin ini adalah salah satu cerita yang ada di desa Jepara daerah kabupaten Ogan Komering Selatan provinsi Sumatera Selatan.
Hingga saat ini batu-batu tersebut masih bisa ditemui di desa setempat. Menurut Helmi, salah seorang warga setempat, batu kebayan ini merupakan perwujudan dari seorang pengantin perempuan yang dikutuk menjadi batu oleh seorang yang memiliki kesaktian mandraguna yaitu si Pahit Lidah. Konon apapun yang diucapkan oleh si Pahit Lidah ini akan menjadi kenyataan
Cerita ini berawal saat seorang pengantin wanita yang diarak oleh rombongannya hendak menuju rumah calon suaminya. Sudah menjadi adat masyarakat setempat kalau pengantin wanita besarta barang benatok atau barang bawaannya berserta calon pengantin mesti diarak ke rumah calon suaminya.
Hingga saat ini batu-batu tersebut masih bisa ditemui di desa setempat. Menurut Helmi, salah seorang warga setempat, batu kebayan ini merupakan perwujudan dari seorang pengantin perempuan yang dikutuk menjadi batu oleh seorang yang memiliki kesaktian mandraguna yaitu si Pahit Lidah. Konon apapun yang diucapkan oleh si Pahit Lidah ini akan menjadi kenyataan
Cerita ini berawal saat seorang pengantin wanita yang diarak oleh rombongannya hendak menuju rumah calon suaminya. Sudah menjadi adat masyarakat setempat kalau pengantin wanita besarta barang benatok atau barang bawaannya berserta calon pengantin mesti diarak ke rumah calon suaminya.
Saat mereka sedang melintas itulah, dari atas puncak gunung Seminung mereka di tegur oleh si Pahit Lidah. Berhubung jarak antara mereka dan si Pahit lidah sangat jauh, tidak seorangpun yang mendengar panggilan si Pahit Lidah ini, hal ini membuat si Pahit Lidah marah dan mengatakan kalau mereka semua seperti batu yang tidak mendengar dan tidak menjawan pertanyaannya. Seketiak saja, semua orang-orang yang mengiringi calon pengantin wanita tersebut menjadi batu termasuk juga si calon pengantin dan barang-barang bawaannya.
Hingga sekarang serakan batu-batu yang menyerupai peti-peti barang tersebut masih bisa ditemui dilokasinya, sedangkan batu pengantin perempuannya berserta kursinya telah dibawah ke Belanda saat terjadi penjajahan.
Hingga sekarang serakan batu-batu yang menyerupai peti-peti barang tersebut masih bisa ditemui dilokasinya, sedangkan batu pengantin perempuannya berserta kursinya telah dibawah ke Belanda saat terjadi penjajahan.
Herbal Jantung Tanpa Efek Samping
ReplyDelete