Friday, May 11

Sejarah Isra Mi’raj

Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu
satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.


 "Maha suci (Allah) yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad
s.a.w.) pada suatu malam hari, dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, yang telah Kami berkati sekelilingnya, karena hendak Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha melihat." (maksud ayat 1 s.al-Isra')

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.


Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.


Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.



Perjalanan Isra’ Mi’raj
Allah s.w.t. telah mengisra'kan (memperjalankan diwaktu malam hari) Nabi Muhammad s.a.w. dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palistina). Dahulunya orang biasa berjalan kaki dari satu tempat ketempat, ataupun menaiki kuda, keledai, unta dan sebagainya.


Perjalanan dari Makkah ke Palestina mengambil masa lebih kurang 40 hari. Ini adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa Allah telah dilakukan dalam masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam sahaja. Bagi orang  dahulu, perrjalanan yang demikian jauh jika dapat dilakukan dalam masa beberapa jam sahaja adalah suatu hal yang luar biasa dan  tidak dapat diterima oleh akal mereka.


Sebabnya belum ada kenderaan yang mereka tunggangi seperti kuda, keledai ataupun unta yang boleh melakukankannya. Pada zaman yang serba maju sekarang ini, hal itu telah menjadi perkara biasa, dengan adanya pesawat udara dan kenderaan lain yang laju.
Oleh karena itu mereka yang tidak beriman seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad s.a.w. dengan menuduh Nabi s.a.w. seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.


Mereka yang beriman dapat menerimanya karena ia merupakan salah satu tanda dari kekuasaan Allah s.w.t. yang telah pernah diberikan kepada Rasul-rasulnya yang lain seperti Nabi Isa a.s. yang dilahirkan dengan tidak mempunyai ayah malah beliau dapat berkata-kata diwaktu bayi, dapat menyembuhkan orang yang sakit, dapat menghidupkan orang yang telah mati dan sebagainya. Demikian pula Nabi Musa a.s., tongkatnya dengan kuasa Allah telah menjelma menjadi ular yang besar yang dapat menelan dan mengalahkan ular ahli sihir raja Firaun. Malah Nabi Musa dengan tongkatnya dapat membelah lautan untuk menyelamatkan para pengikutnya dari kejaran Firaun dan bala tenteranya. Banyak lagi tanda-tanda kekuasaan dari Allah s.w.t.yang telah diberikan kepada para Rasul yang disebutkan dengan mu'jizat dan kepada hambanya yang solih disebutkan sebagai karamah.


Dalam perjalanannya,  Nabi s.a.w. telah ditunjukkan berbagai contoh teladan yang berguna untuk ummat manusia. Antaranya, kepada Nabi s.a.w. telah ditunjukkan seorang tua yang terus menerus menambahkan beban yang sedang dipikulnya. Meskipun ia tak mampu lagi membawanya tapi masih juga menamban beban yang telah banyak itu sehingga menyusahkan dirinya sendiri.


Ini diumpamakan kepada seseorang yang memegang banyak pekerjaaan yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga tidak ada satupun pekerjaan yang dapat ditunaikan dengan baik.Tetapi masih juga menerima tugas baru. Sepatutnya ia hanya menerima tugas yang ia sanggup menyelesaikan dengan baik. Akan tetapi oleh sifat tamak dan ingin menunjuk-nunjuk atau supaya populer, masih juga menerima tugas yang dia sendiri tak dapat menunaikan
dengan baik.


Padahal masih ramai orang lain yang tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur, tetapi orang ini tidak diberikan kesempatan tugas itu. Jadi terjadilah ketidak seimbangan yang akan merugikan masyarakat dan negara. Kepada yang seorang memikul banyak sekali tugas dan yang lainya menganggur. Kepada Rasulallah s.a.w. juga telah ditunjukkan suatu kaum yang bertanam sehari dan menuai sehari. Ini diumpamakan kepada orang yang melakukan amal kebajikan yang telah dilipat gandakan Allah pahalanya.


Kepada Nabi s.a.w. juga telah ditunjukkan orang lelaki yang suka memakan makanan yang telah tercemar, telah busuk, sedangkan disampingnya ada makanan yang bersih dan baik, akan tetapi makanan yang bersih dan masih baik ini tidak dijamahnya. Ini diumpamakan kepada lelaki yang suka berzina. Isterinya sendiri tidak diperdulikan, yang menjadi kesukaannya ialah perempuan pelacur, sehingga akhirnya dia mendapat berbagai penyakit kelamin, penyakit AIDS dan sebagainya sehingga menghancurkan kehidupannya malah keluarganya juga turut terkorban, akibat perbuatan kejinya itu.


Masih banyak lagi perumpamaan lainnya, semuanya ini merupakan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t. yang ditunjukkan kepada Nabi s.a.w. untuk menjadi contoh teladan kepada ummat manusia.


Hasil dari Isra' dan Mi'raj Nabi s.a.w. yang terbesar sekali ialah menerima tugas perintah dari Allah s.w.t.menunaikan ibadah Solat (sembahyang). Banyak arahan melakukan ibadah lainnya diterima melalui wahyu yang diturunkan Allah s.w.t. Ibadah solat diterima langsung daripada Allah s.w.t. ini menunjukkan keistimewaan solat.


Tidak ada alasan bagi siapapun untuk meninggalkan solat. Jika kita sakit tak mampu menunaikan dengan berdiri, boleh ditunaikan dengan duduk. Tak sanggup duduk boleh secara berbaring. Tak boleh dengan berbaring boleh dengan isyarat. Tak ada air boleh tayammum, pendek kata ibadah solat mestilah ditunaikan dalam keadaan apapun juga dan dimanapun kita berada.


Kecuali jika timbul sesuatu halangan yang memang telah ditakdirkan Allah seperti tidak siuman (gila), kita pingsan, tak sadar diri ataupun lainnya.


Sebelum menunaikan solat kita mesti terlebih dahulu membersihkan diri kita daripada  najis dan  mengambil air sembahyang. Tempat kita bersujud perlu juga bersih. Ketika mendirikan solat kita hanya menumpukan seluruh perhatian kita hanya kepada Allah s.w.t.


Alur...
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.

Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”

“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.

Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.

Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”

“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.

Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.

Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.

Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.

Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.

Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.

Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.

Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.

Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.
 

Shalat 5 waktu 
Sebagaimana pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu.  inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.

Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.

Semua yang kita lakukan sebelum dan ketika solat semua itu akan mendidik kita menjadi orang yang bersih, berdisiplin, dan insya Allah akan menyehatkan rohani dan jasmani kita dengan gerakan-gerakan yang dilakukan ketika solat. Insya Allah jika kita rajin menunaikan ibadah solat denga teratur  dan rapi akan membentuk peribadi yang sehat rohani dan jasmani. Inilah intisari Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad s.a.w.


Sumber : id.wikipedia.org
Sumber : http://www.shiar-islam.com

No comments:

Post a Comment